RESENSI
NOVEL ANGKATAN '66
IDENTITAS NOVEL
Judul : Azab dan Sengsara
Karangan : Merari Siregar
Penerbit : Balai Pustaka
A. Unsur Intrinsik
1. Tema : Kehidupan
2. Latar atau Setting :
IDENTITAS NOVEL
Judul : Azab dan Sengsara
Karangan : Merari Siregar
Penerbit : Balai Pustaka
A. Unsur Intrinsik
1. Tema : Kehidupan
2. Latar atau Setting :
Kampung
Sipirok
Medan
Stasiun Kereta
Kantor Polisi
3. Alur : Maju
4. Penokohan
- Aminuddin : patuh, baik, tidak sombong
- Mariamin : baik
- Sutan Baringin : boros, serakah
- Kasibun : jahat, kejam
- Baginda Diatas : jahat, sombong
Stasiun Kereta
Kantor Polisi
3. Alur : Maju
4. Penokohan
- Aminuddin : patuh, baik, tidak sombong
- Mariamin : baik
- Sutan Baringin : boros, serakah
- Kasibun : jahat, kejam
- Baginda Diatas : jahat, sombong
B. Sinopsis
Aminuddin adalah anak Baginda Diatas, seorang kepala kampong yang terkenal kedermawanan dan kekayaannya. Masyarakat di sekitar Sipirok amat segan dan hormat kepada keluarga itu. Adapun Mariamin, yang masih punya ikatan dengan keluarga itu, kini tergolong anak miskin. Ayah Mariamin, Sutan Baringin almarhum, sebenarnya termasuk keluarga bangsawan kaya. Namun, karena semasa hidupnya terlalu boros dan serakah, ia akhirnya jatuh miskin dan meninggal dalam keadaan demikian.
Bagi Aminuddin, kemiskinan
keluarga itu tidaklah menghalanginya unuk tetap bersahabat dengan Mariamin.
Keduanya memang sudah berteman akrab sejak kecil dan terus meningkat hingga
dewasa. Tanpa terasa benih cinta kedua remaja itu pun tumbuh subur. Belakangan,
mereka sepakat untuk hidup bersama, membina rumah tangga. Aminuddin pun
berjanji hendak mempersunting gadis itu jika kelak ia sudah bekerja. Janji
pemuda itu akan segera dilaksanakan jika ia sudah mendapat pekerjaan di Medan.
Aminuddin segera mengirim surat kepada kekasihnya bahwa ia akan segera membawa
Mariamin ke Medan.
Berita itu tentu saja amat
menggermbirakan hati Mariamin dan ibunya yang memang selalu berharap agar
kehidupannya segera berubah. Setidak-tidaknya, ia dapat melihat putrinya hidup
bahagia. Niat Aminuddin itu disampaikan pula kepada kedua orang tuanya. Ibunya
sama sekali tidak berkeberatan. Bagaimanapun, almarhum ayah Mariamin masih
kakak kandungnya sendiri. Maka, jika putranya kelak jadi kawin dengan Mariamin,
perkawinan itu dapatlah dianggap sebagai salah satu usaha menolong keluarga
miskin itu.
Namun, lain halnya pertimbangan
Baginda Diatas, Ayah Aminuddin. Sebagai kepala kampung yang kaya dan disegani,
ia ingin agar anaknya beristrikan orang yang sederajat. Menurutnya, putranya
lebih pantas kawin dengan wanita dari keluarga kaya dan terhormat. Oleh karena
itu, jika Aminuddin kawin dengan Mariamin, perkawinan itu sama halnya dengan
merendahkan derajat dan martabat dirinya. Itulah sebabbya, Baginda Diatas
bermaksud menggagalkan niat putranya.
Untuk tidak menyakiti hati istrinya,
Baginda Diatas mengajaknya pergi ke seorang dukun untuk melihat bagaimana nasib
anaknya jika kawin dengan Mariamin. Sebenarnya, itu hanya tipu daya Baginda
Diatas. Oleh karena sebelumnya, dukun itu sudah mendapat pesan tertentu, yaitu
memberi ramalan yang tidak menguntungkan rencana dan harapan Aminuddin.
Mendengar perkataan si dukun bahwa
Aminuddin akan mengalami nasib buruk jika kawin dengan Mariamin, ibu Aminuddin tidak
dapat berbuat apa-apa selain menerima apa yang menurut suaminya baik bagi
kehidupan anaknya.
Kedua orang tua Aminuddin akhirnya meminang seorang gadis keluarga kaya yang
menurut Baginda Diatas sederajat dengan kebangsawanan dan kekayaannya.
Aminuddin yang berada di Medan, sama sekali tidak mengetahui apa yang telah
dilakukan orang tuanya. Dengan penuh harapan, ia tetap menanti kedatangan
ayahnya yang akan membawa Mariamin.
Selepas
peminangan itu, ayah Aminuddin mengirim telegram kepada anaknya bahwa calon
istrinya akan segera dibawa ke Medan. Ia juga meminta agar Aminuddin
menjemputnya di stasiun. Betapa sukacita Aminuddin setelah membaca telegram
ayahnya. Ia pun segera mempersiapkan segala sesuatunya. Ia membayangkan pula
kerinduannya pada Mariamin akan segera terobati.
Namun, apa yang terjadi kemudian hanyalah kekecewaan. Ternyata, ayahnya bukan membawa pujaan hatinya, melainkan seorang gadis yang bernama Siregar. Sungguhpun begitu, sebagai seorang anak, ia harus patuh pada orang tua dan adapt negerinya. Aminuddin tidak dapat berbuat apa-apa selain menerima gadis yang dibawa ayahnya. Perkawinan pun berlangsung dengan keterpaksaan yang mendalam pada diri Aminuddin. Berat hati pula ia mengabarkannya pada Mariamin.
Bagi Mariamin, berita itu tentu saja sangat memukul jiwanya. Harapannya musnah sudah. Ia pingsan dan jatuh sakit sampai beberapa lama. Tak terlukiskan kekecewaan hati gadis itu.
Setahun setelah peristiwa itu,
atas kehendak ibunya, Mariamin terpaksa menerima lamaran Kasibun, seorang lelaki
yang sebenarnya tidak diketahui asal-usulnya. Ibunya hanya tahu, bahwa Kasibun
seorang kerani yang bekerja di Medan. Menurut pengakuan lelaki itu, ia belum
beristri. Dengan harapan dapat mengurangi penderitaan ibu-anak itu, ibu
Mariamin terpaksa menjodohkan anaknya dengan Kasibun. Belakangan diketahui
bahwa lelaki itu baru saja menceraikan istrinya hanya karena akan mengawini
Mariamin.
Kasibun kemudian membawa
Mariamin ke Medan. Namun rupanya, penderitaan wanita itu belum juga berakhir.
Suaminya ternyata mengidap penyakit berbahaya yang dapat menular bila keduanya
melakukan hubungan suami-istri. Inilah sebabnya, Mariamin selalu menghindar
jika suaminya ingin berhubungan intim dengannya. Akibatnya, pertengkaran demi
pertengkaran dalam kehidupan rumah tangga itu tak dapat dihindarkan. Hal yang
dirasakan Mariamin bukan kebahagiaan, melainkan penderitaan berkepanjangan. Tak
segan-segan Kasibun menyiksanya dengan kejam.
Dalam suasana kehidupan rumah tangga yang demikian itu, secara kebetulan, Aminuddin datang bertandang. Sebagaimana lazimnya kedatangan tamu, Mariamin menerimanya dengan senang hati, tanpa prasangka apa pun. Namun, bagi Kasibun, kedatangan Aminuddin itu makin mengobarkan rasa cemburu dan amarahnya. Tanpa belas kasihan, ia menyiksa istrinya sejadi-jadinya.
Tak kuasa menerima perlakuan kejam
Kasibun, Mariamin akhirnya mengadu dan melaporkan tindakan suaminya kepada
polisi. Polisi kemudian memutuskan bahwa Kasibun harus membayar denda dan
sekaligus memutuskan hubungan tali perkawinan dengan Mariamin.
Janda Mariamin akhirnya terpaksa kembali ke Sipirok, kampong halamannya. Tidak lama kemudian, penderitaannya yang silih berganti menimpa wanita itu, sempurna sudah dengan kematiannya. “Azab dan sengsara dunia ini telah tinggal di atas bumi, berkubur dengan jasad yang kasar itu.”
Sumber
:
http://skripsiplus.blogspot.com/2012/02/kumpulan-sinopsis-novel.html
http://skripsiplus.blogspot.com/2012/02/kumpulan-sinopsis-novel.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar